Selasa, 01 September 2015

Program Perencanaan Pemberdayaan Di Bidang Pupuk Organik Terhadap Tanaman Pangan Sawi Putih



DAFTAR ISI
Halaman

PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………... ………………....
1.      Latar Belakang………………………………………………………….…
2.      Tujuan………………………………..…………………………………...
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………...……………...
BAB 3. METODE KEGIATAN………………………………………………
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan………………………………………………
3.2 Sasaran…………………………………………………………………….
3.3 Metode Pengumpulan Data……………………………………………….
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………
4.1 Data……………………………………………………………………….
4.2 Pembahasan……………………………………………………………….
BAB 5. KESIMPULAN……………………………….……………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………………….

1

2
3
3
3
4
5
5
5
6
6
6
7
8
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Sebagai negara agraris Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di pedesaan. Dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian.
Penyuluh pertanian yang akan di terima oleh petani layak untuk dipercaya dan tahu persis situasi petani, sehingga dapat menunjukkan cara alternatif untuk pemecahannya dan selalu siap jika dibutuhkan.
Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, social maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.
Kegiatan penyuluhan pertanian harus dilaksanakan secara lebih baik dan efisien untuk dapat melayani kelompok sasaran yang lebih luas, dan demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan pastisipasif yang semankin sejahtera dan berkelanjutan.
1.2  Tujuan
1.      Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik
2.      Mahasiswa mampu mengenali masalah yang dirasakan oleh masyarakat mengenai penyuluhan.
1.3  Manfaat
1.      Mahasiswa dapat memperbaiki cara penyuluhan agar dapat diterima oleh masyarakat.
2.      Mahasiswa dapat melakukan wawancara dengan baik.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1                    Sistematika sawi putih
Menurut klasifikasi dalam tatanama tumbuhan, petsai termasuk ke dalam :
Divisi               : Spermatophyta
Kelas               : Angiospermae
Sub Kelas        : Dicotyledonae
Ordo                : Papavorales
Famili              : Cruciferae atau Brassicaceae
Genus              : Brassica
Spesies            : Brassica chinensis L. atau B.campestris var. chinensis
Tanaman sawi putih termasuk tanaman sayuran cruciferae (kubis-kubisan), yang memiliki ciri daun dan bunga yang berbentuk vas kembang.  Cruciferae berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran. Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar.  Sayuran Cruciferae atau Brassicaceae meliputi beberapa genus, diantaranya ialah kubis (kol), petsai (sawi putih), sawi, dan lobak (Sunarjono, 2007).
2.2                 Syarat Tumbuh
Daerah yang cocok untuk penanaman sawi putih atau petsai menurut Wahyudi (2010) yaitu tipe tanah lempung sampai lempung berpasir, gembur, mengandung bahan organik, pH tanah optimum 6,0-6,8.  Ketinggian tempat 600-1.500 m dpl.  Persyaratan lain lokasi terbuka dan memperoleh sinar matahari langsung serta drainase air lancar.
Menurut Sunarjono (2007) tanaman petsai jarang ditanam di daerah dataran rendah karena tidak mau membentuk krop.  Kalaupun membentuk krop, kropnya kecil sekali atau keropos.  Waktu tanam petsai yang baik ialah menjelang akhir musim hujan (Maret) atau awal musim hujan (Oktober) karena tanaman agak tahan terhadap hujan.  Akan tetapi, perawatan tanaman pada musim hujan akan lebih berat daripada musim kemarau karena serangan ulat daun.
2.3                 Hama dan Penyakit
A. HAMA.
1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).
B. PENYAKIT.
1. Penyakit akar pekuk.
2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9.Virus mosaik.
2.4 Pengertian Penyuluhan
Istilah penyuluhan pertama kali di publikasikan oleh James Stuart (1867-1868)dari Trinity College (Combridge) kepada perkumpulan wanita dan pekerja pria di Inggris Utara. Pada tahun 1873 secara resmi sistem penyuluhan diterapkan di Combridge, kemudian diikuti Universitas London (1876) dan Universitas Oxford (1878) dan menjelang tahun 1880 gerakan penyulihan mulai melebarkan sayapnya keluar kampus. (Van Den Ban dan Hawkins, 1999)
Penyuluhan adalah suatu sistem pendididkan nonformil di luar sekolah bagi petani dan keluarganya agar terjadi perubahan perilaku yang lebih rasional dengen belajar sambil berbuat (learning by doing) sampai mereka tahu, mau dan mampu berswakarsa untuk memecahkan persoalan-persoalan yank dihadapi secara sendiri-sendiri maupun secara bersama guna terus memajukan usaha tai dan menaikan sejumlah mutu, macam serta jenis dan nilai produksi sehingga tercapai suatu kenaikan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan kesejahteraa masyarakat (mardikanto, 1892)
Kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman seperti, penyebarluasan (informasi), penerangan/penjelasan, pendidikan non formal (luar-sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan, dll), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan komunitas (community strengthening) (Arip, 2009).
Kegiatan penyuluhan pertanian sangat diperlukan sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian. Lebih dari itu, pelaksanaan utama pembangunan pertanian pada dasarnya adalah petani kecil yang merupakan golongan ekonomi lemah. Dan kedudukan penyuluhan itu sebagai perantara atau jembatan anatara teori dan praktek, pengalaman dan kebutuhan, penguasa dan masyarakat, produsen dan pelanggan, sumber informasi dan penggunanya, antar sesama stakeholders agribisnis, dan antar masyarakat didalam dan diluar (Timmer, 1983).
BAB 3. METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
            Kegiatan dilakukan pada Mei 2014, di desa kebon Agung,  kecamatan Kaliwates,  kabupaten Jember, Jawa Timur.
3.2 Sasaran petani sawi putih (tanaman pangan)
Nama : Pak Husain
Umur :  41 Tahun
Pekerjaan : Petani
Tempat Tinggal : desa Kebon Agung
3.3 Metode Pengumpulan Data
            Menggunakan kuisioner yang telah di susun dari mulai identitas peribadi sampai dengan masalah yang di hadapi saat budidaya.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.2 Prioritas Masalah
No
Masalah
Prioritas
Tujuan
1
Pada tanaman sawi  yang diganggu Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua),daun berlubang-lubang terutama di daun muda.


3
Untuk mengatasi  timbulnya gangguan dari ulat tanah. sanitasi lahan secara benar, termasuk pada galengan atau parit di sekitar lahan
2
Pada tanaman sawi yang diganggu Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella). Ulat yang melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk tanaman Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, proses pembentukan krop akan sangat terganggu. Lebih parah




1
Untuk meminimalkan serangan ulat yang mengganggu pada tanaman terutama pada daun tanaman sawi. dilakukan sanitasi (penyiangan) lahan dengan baik. Jika serangan hama ini sudah tampak, segera semprot dengan pestisida alami
3
Pada tanaman sawi akibat  Penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora). penyakit yang menyerang tunas pucuk tanaman sawi, baik saat belum terbentuk krop maupun setelah keluar krop sawi putih. Gejala awal terdapat bercak basah di tunas pucuk atau krop. Selanjutnya bercak tersebut meluas dan menjadi busuk basah hingga ke dalam batangnya batangnya



4
Untuk meminimalkan terjadinya busuk lunak pada tanaman sawi. Pencegahan penyakit  dilakukan dengan melakukan sanitasi lahan  apabila menanam di musim hujan, maka jarak tanam dibuat lebih lebar (60x60 cm). Selain itu selokan juga diperlebar agar sirkulasi air dan udara lancar. Bila gejala serangan ditemukan segera semprot dengan fungisida yang tepat. Pada saat penyemprotan arahkan mata spray lebih banyak ke tunas pucuk tanaman. Fungisida yang digunakan antara lain Bion-M 1/48 WP, Daconil 75 WP dan Topsin M 70 WP. Penggunaannya disesuaikan dengan dosis yang ada pada label kemasan
4.
Pada tanaman sawi akibat  hama wereng.


2
Untuk meminimalkan serangan dari hama wereng. melakukan sanitasi lahan

4.2                  Pembahasan
     Sawi putih (Brassica rapa Kelompok Pekinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae ) dikenal sebagai sayuran olahan dalam masakan Tionghoa; karena itu disebut juga sawi cina. Sebutan lainnya adalah petsai. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung kuning pucat dan tangkai daunnya putih. Sawi putih dapat dilihat penggunaannya pada asinan (diawetkan dalam cairan gula dan garam), dalam cap cai, atau pada sup bening. Sawi putih beraroma khas namun netral.
      tumbuhan ini mudah dikenali: memanjang, seperti silinder dengan pangkal membulat seperti peluru. Warnannya putih. Daunnya tumbuh membentuk roset yang sangat rapat satu sama lain. Sawi putih hanya tumbuh baik pada tempat-tempat sejuk, sehingga di Indonesia ditanam di dataran tinggi. Tanaman ini dipanen selagi masih pada tahap vegetatif (belum berbunga). Bagian yang dipanen adalah keseluruhan bagian tubuh yang berada di permukaan tanah. Produksinya tidak terlalu tinggi di Indonesia.
Ada beberapa perusak pada tanaman sawi seperti Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella). Ulat yang melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk tanaman Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, proses pembentukan krop akan sangat terganggu. Masalah ini adalah masalah yang sering dialami oleh petani sawi yang dapat menurunkan hasil produksi sawi.
Pengendalian ulat perusak daun ini dilakukan dengan pestisida alami. Pemberantasannya yaitu jika serangan hama ini sudah tampak, segera semprot dengan insektisida yang tepat.  Insektisida yang bisa dipakai diantaranya March 50 EC, Proclaim 5 SG, Decis 2,5 EC, dan Buldok 25 EC. Gunakan sesuai dosis anjuran di label kemasan.
Selain ulat perusak daun ada beberapa perusak tanaman sawi :
1.      hama wereng. Hama mereng ini menyerang pada tanaman sawi pada saat tanaman ini siap untuk dipanen. Pengendalian untuk mencegah hama wereng ini dengan menggunakan mulsa pada tanaman
2.       Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua),daun berlubang-lubang terutama di daun muda. Masalah ini muncul ketika sawi mulai tumbuh dan terjadi pelubangan daun sehingga sayuran yang dihasilkan  tidak bisa masuk pasar dan harga penjualan anjlok. Pengendalian ulat perusak daun ini dilakukan dengan pestisida alami
3.      Penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora). penyakit yang menyerang tunas pucuk tanaman sawi, baik saat belum terbentuk krop maupun setelah keluar krop sawi putih. Gejala awal terdapat bercak basah di tunas pucuk atau krop. Selanjutnya bercak tersebut meluas dan menjadi busuk basah hingga ke dalam batangnya batangnya. Pengendalian penyakit akibat busuk lunak pada sawi ini dengan melakukan sanitasi lahan
Sasaran
Alat dan Bahan
Cara pembuatan
Wereng Batang Coklat, Lembing Batu, Ulat Grayak, Ulat Hama Putih Palsu
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dringo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung). Gadung dikupas kulitnya dan diparut. Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudiandilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil.perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Ulat grayak
1. Biji mahoni : 300 gram
2. Tembakau : 100 gram
3. Daun jarak : 1 kg
4. Air : 6 ltr
 Biji mahoni digiling/ditumbuk halus.
 Daun jarak dan tembakau direbus dengan air sampai mendidih, angkat dan dinginkan. Campurkan mahoni yang sudah ditumbuk halus aduk hingga rata, kemudian diamkan selama 24 jam, lalu saring.
3. Jika larutan pestisida organik ingin disimpan, maka pencampuran dilakukan pada saat akan digunakan.
c. Dosis : 30 cc larutan pestisida organik ini bias digunakan untuk satu tangki sprayer (+/- 15 liter).Semprotkan ke lahan yang terkena hama pada waktu pagi atau sore hari. Ulangi tiap 4 hari sekali.
3.3     Tabel pestisida organik
4.3  Pengendalian hama penyakittanaman
     Kultur Teknik: Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brasika lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.
Irigasi. Apabila tersedia dapat digunakan irigasi sprinkle untuk mengurangi populasi ulat daun kubis, apabila pengairan demikian dilaksanakan pada petang hari, dapat membatasi aktivitas ngengat.
Penanaman. Sebaiknya tidak melakukan penanaman berkali-kali pada areal sama, karena tanaman yang lebih tua dapat menjadi inokulum bagi tanaman baru. Apabila terpaksa menanam beberapa kali pada areal sama, tanaman muda ditanam pada arah angin yang berlawanan agar ngengat susah terbang menuju ke tanaman muda, Pesemaian.
Tempat pembibitan harus jauh dari areal tanaman yang sudah tumbuh besar. Sebaiknya pesemaian/bibit harus bebas dari hama ini sebelum transplanting ke lapangan. Dalam beberapa kasus, serangan ulat daun kubis di lapangan diawali dari pesemaian yang terinfestasi dengan hama tersebut.
Tanaman perangkap. Tanaman brasika tertentu seperti caisin lebih peka dapat ditanam sebagai border untuk dijadikan tanaman perangkap, dengan maksud agar hama ulat daun kubis terfokus pada tanaman perangkap.
Tumpang sari. Penanaman kubis secara tumpang sari bersamaan dengan tanaman yang tidak disukai hama ulat daun kubis dapat mengurangi serangannya. Misalnya tumpang sari kubis kubis dengan tanaman tomat/bawang daun.
Monitoring: Selama menanam kubis petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan melakukan pengamatan mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan insektisida kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.
Penggunaan Agensia Hayati : Hama tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.), parasitoid (Diadegma semiclausum, Cotesia plutellae), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.
Mekanis: Cara ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan hama yang bersangkutan, memasukkan ke dalam kantung plastic, dan memusnahkannya. Namun untuk areal luas perlu pertimbangan tenaga dan waktu.
Penggunaan Insektisida Selektif: Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai, atau penggunaan insektisida biologi.


BAB 5. PENUTUP

1.1  Kesimpulan
Masalah yang dialami oleh petani sawi merupakan hama dan penyakit yang meyerang tanaman yaitu Ulat perusak daun, hama wereng, ulat gerayak dan penyakit busuk lunak. Mengtasi masalah yang dihadapi menggunakan pestisida alami, menutup permukaan tanah dengan mulsa, dilakukan penyiangan dengan rutin, pemberian pupuk teratus, pergiliran budidaya, sanitasi lahan dengan rutin dan pengolahan lahan dengan benar.
1.2  Saran
1.      Pembinaan kelompok tani dapat dilakukan dengan pertemuan anggota kelompoktani, pelatihan maupun kegiatan lain  yang berkaitan dengan bidang pertanian.  Agar semua kegiatan penyuluhan pertanian berjalan dengan lancar perlu  dilakukan pendekatan secara kontinyu kepada anggota kelompok tani.
2.      Penyuluh dan Aparat desa seharusnya bekerja sama dengan kelompok tani dalam penyusunan programa sehingga masalah yang di hadapi oleh para anggota kelompok tani bisa ditemukan solusinya serta tahu potensi yang harus di kembangkan.
3.      Petani diharapkan dapat melakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sawi secara alami agar mengurangi kerusakan tanah.
  
DAFTAR PUSTAKA

A.W. Van den Ban dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian.Kanisinus :    Yogyakarta
Malik, Muhammad . 2013. Hama yang sering menyerang pada tanaman. Tersedia:http://simple420.blogspot.com/2013/05/hama-yang-sering-menyerang-pada-tanaman_7237.html
Waluyo,darso. 2012. Hama penting pada tanaman. Tersedia : http://drs-oeyo.blogspot.com/2012/06/hama-penting-pada-tanaman-sawikubis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar