DAFTAR ISI
Halaman
PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR
ISI………………………………………………………………….
BAB
1. PENDAHULUAN………………………………... ………………....
1. Latar
Belakang………………………………………………………….…
2. Tujuan………………………………..…………………………………...
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………...……………...
BAB
3. METODE KEGIATAN………………………………………………
3.1
Waktu dan Tempat Kegiatan………………………………………………
3.2
Sasaran…………………………………………………………………….
3.3
Metode Pengumpulan Data……………………………………………….
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………
4.1
Data……………………………………………………………………….
4.2
Pembahasan……………………………………………………………….
BAB
5. KESIMPULAN……………………………….……………………...
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………………….
|
1
2
3
3
3
4
5
5
5
6
6
6
7
8
|
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagai negara agraris Indonesia
menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya
sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di
pedesaan. Dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu
kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian.
Penyuluh pertanian yang akan di terima oleh petani layak
untuk dipercaya dan tahu persis situasi petani, sehingga dapat menunjukkan cara
alternatif untuk pemecahannya dan selalu siap jika dibutuhkan.
Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan
keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan
non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik
di bidang ekonomi, social maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan mereka
dapat dicapai.
Kegiatan
penyuluhan pertanian harus dilaksanakan secara lebih baik dan efisien untuk dapat
melayani kelompok sasaran yang lebih luas, dan demi terwujudnya kehidupan yang
semakin berdaya, mandiri dan pastisipasif yang semankin sejahtera dan
berkelanjutan.
1.2
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu berkomunikasi dengan baik
2. Mahasiswa
mampu mengenali masalah yang dirasakan oleh masyarakat mengenai penyuluhan.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa
dapat memperbaiki cara penyuluhan agar dapat diterima oleh masyarakat.
2. Mahasiswa
dapat melakukan wawancara dengan baik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistematika sawi putih
Menurut
klasifikasi dalam tatanama tumbuhan, petsai termasuk ke dalam :
Divisi :
Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L. atau B.campestris var. chinensis
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L. atau B.campestris var. chinensis
Tanaman sawi putih termasuk tanaman sayuran
cruciferae (kubis-kubisan), yang memiliki ciri daun dan bunga yang
berbentuk vas kembang. Cruciferae berbunga sempurna dengan enam
benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran. Empat benang sari dalam
lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar. Sayuran Cruciferae
atau Brassicaceae meliputi beberapa genus, diantaranya ialah kubis (kol),
petsai (sawi putih), sawi, dan lobak (Sunarjono, 2007).
2.2
Syarat Tumbuh
Daerah yang cocok
untuk penanaman sawi putih atau petsai menurut Wahyudi (2010) yaitu tipe tanah
lempung sampai lempung berpasir, gembur, mengandung bahan organik, pH tanah
optimum 6,0-6,8. Ketinggian tempat 600-1.500 m
dpl. Persyaratan lain lokasi terbuka dan memperoleh sinar matahari
langsung serta drainase air lancar.
Menurut Sunarjono (2007) tanaman petsai jarang
ditanam di daerah dataran rendah karena tidak mau membentuk
krop. Kalaupun membentuk krop, kropnya kecil sekali atau
keropos. Waktu tanam petsai yang baik ialah menjelang akhir musim
hujan (Maret) atau awal musim hujan (Oktober) karena tanaman agak tahan
terhadap hujan. Akan tetapi, perawatan tanaman pada musim hujan akan
lebih berat daripada musim kemarau karena serangan ulat daun.
2.3
Hama dan Penyakit
A. HAMA.
1. Ulat titik
tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).
B. PENYAKIT.
1. Penyakit akar
pekuk.
2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9.Virus mosaik.
2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9.Virus mosaik.
2.4 Pengertian Penyuluhan
Istilah
penyuluhan pertama kali di publikasikan oleh James Stuart (1867-1868)dari
Trinity College (Combridge) kepada perkumpulan wanita dan pekerja pria di
Inggris Utara. Pada tahun 1873 secara resmi sistem penyuluhan diterapkan di
Combridge, kemudian diikuti Universitas London (1876) dan Universitas Oxford
(1878) dan menjelang tahun 1880 gerakan penyulihan mulai melebarkan sayapnya
keluar kampus. (Van Den Ban dan Hawkins, 1999)
Penyuluhan adalah suatu sistem pendididkan nonformil di luar
sekolah bagi petani dan keluarganya agar terjadi perubahan perilaku yang lebih
rasional dengen belajar sambil berbuat (learning by doing) sampai mereka tahu,
mau dan mampu berswakarsa untuk memecahkan persoalan-persoalan yank dihadapi
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama guna terus memajukan usaha tai dan
menaikan sejumlah mutu, macam serta jenis dan nilai produksi sehingga tercapai
suatu kenaikan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga
dan kesejahteraa masyarakat (mardikanto, 1892)
Kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman seperti, penyebarluasan (informasi), penerangan/penjelasan, pendidikan non formal (luar-sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan, dll), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan komunitas (community strengthening) (Arip, 2009).
Kegiatan penyuluhan pertanian sangat diperlukan sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian. Lebih dari itu, pelaksanaan utama pembangunan pertanian pada dasarnya adalah petani kecil yang merupakan golongan ekonomi lemah. Dan kedudukan penyuluhan itu sebagai perantara atau jembatan anatara teori dan praktek, pengalaman dan kebutuhan, penguasa dan masyarakat, produsen dan pelanggan, sumber informasi dan penggunanya, antar sesama stakeholders agribisnis, dan antar masyarakat didalam dan diluar (Timmer, 1983).
Kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman seperti, penyebarluasan (informasi), penerangan/penjelasan, pendidikan non formal (luar-sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan, dll), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan komunitas (community strengthening) (Arip, 2009).
Kegiatan penyuluhan pertanian sangat diperlukan sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian. Lebih dari itu, pelaksanaan utama pembangunan pertanian pada dasarnya adalah petani kecil yang merupakan golongan ekonomi lemah. Dan kedudukan penyuluhan itu sebagai perantara atau jembatan anatara teori dan praktek, pengalaman dan kebutuhan, penguasa dan masyarakat, produsen dan pelanggan, sumber informasi dan penggunanya, antar sesama stakeholders agribisnis, dan antar masyarakat didalam dan diluar (Timmer, 1983).
BAB 3. METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan
Kegiatan dilakukan pada Mei 2014, di desa kebon Agung, kecamatan Kaliwates, kabupaten Jember, Jawa Timur.
3.2 Sasaran petani sawi
putih (tanaman pangan)
Nama
: Pak Husain
Umur
: 41 Tahun
Pekerjaan
: Petani
Tempat
Tinggal : desa Kebon Agung
3.3 Metode Pengumpulan
Data
Menggunakan kuisioner yang telah di susun dari mulai
identitas peribadi sampai dengan masalah yang di hadapi saat budidaya.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.2 Prioritas Masalah
No
|
Masalah
|
Prioritas
|
Tujuan
|
1
|
Pada
tanaman sawi yang diganggu Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera
exigua),daun berlubang-lubang terutama di daun muda.
|
3
|
Untuk
mengatasi timbulnya gangguan dari ulat
tanah. sanitasi lahan secara benar, termasuk pada galengan atau
parit di sekitar lahan
|
2
|
Pada
tanaman sawi yang diganggu Ulat
Perusak Daun (Plutella xylostella). Ulat yang melakukan penyerangan,
ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk tanaman Akibatnya daun
muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serangan sudah sampai ke titik
tumbuh tunas, proses pembentukan krop akan sangat terganggu. Lebih parah
|
1
|
Untuk
meminimalkan serangan ulat yang mengganggu pada tanaman terutama pada daun
tanaman sawi. dilakukan sanitasi (penyiangan)
lahan dengan baik. Jika serangan hama ini sudah tampak, segera semprot dengan
pestisida alami
|
3
|
Pada
tanaman sawi akibat Penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora). penyakit
yang menyerang tunas pucuk tanaman sawi, baik saat belum terbentuk krop
maupun setelah keluar krop sawi putih. Gejala awal terdapat bercak basah di
tunas pucuk atau krop. Selanjutnya bercak tersebut meluas dan menjadi busuk
basah hingga ke dalam batangnya batangnya
|
4
|
Untuk
meminimalkan terjadinya busuk lunak pada tanaman sawi. Pencegahan
penyakit dilakukan dengan melakukan
sanitasi lahan apabila menanam di
musim hujan, maka jarak tanam dibuat lebih lebar (60x60 cm). Selain itu
selokan juga diperlebar agar sirkulasi air dan udara lancar. Bila gejala
serangan ditemukan segera semprot dengan fungisida yang tepat. Pada saat
penyemprotan arahkan mata spray lebih banyak ke tunas pucuk tanaman.
Fungisida yang digunakan antara lain Bion-M 1/48 WP, Daconil 75 WP dan Topsin
M 70 WP. Penggunaannya disesuaikan dengan dosis yang ada pada label kemasan
|
4.
|
Pada
tanaman sawi akibat hama wereng.
|
2
|
Untuk
meminimalkan serangan dari hama wereng. melakukan sanitasi lahan
|
4.2
Pembahasan
Sawi putih (Brassica rapa Kelompok
Pekinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae ) dikenal sebagai sayuran olahan
dalam masakan Tionghoa; karena itu disebut juga sawi cina. Sebutan lainnya
adalah petsai. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung kuning pucat
dan tangkai daunnya putih. Sawi putih dapat dilihat penggunaannya pada asinan
(diawetkan dalam cairan gula dan garam), dalam cap cai, atau pada sup bening.
Sawi putih beraroma khas namun netral.
tumbuhan ini mudah dikenali: memanjang,
seperti silinder dengan pangkal membulat seperti peluru. Warnannya putih.
Daunnya tumbuh membentuk roset yang sangat rapat satu sama lain. Sawi putih
hanya tumbuh baik pada tempat-tempat sejuk, sehingga di Indonesia ditanam di
dataran tinggi. Tanaman ini dipanen selagi masih pada tahap vegetatif (belum
berbunga). Bagian yang dipanen adalah keseluruhan bagian tubuh yang berada di
permukaan tanah. Produksinya tidak terlalu tinggi di Indonesia.
Ada beberapa perusak pada tanaman sawi seperti Ulat
Perusak Daun (Plutella xylostella). Ulat yang melakukan penyerangan, ulat ini
suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk tanaman Akibatnya daun muda dan pucuk
tanaman berlubang-lubang. Jika serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas,
proses pembentukan krop akan sangat terganggu. Masalah ini adalah masalah yang sering dialami oleh petani
sawi yang dapat menurunkan hasil produksi sawi.
Pengendalian
ulat perusak daun ini dilakukan dengan pestisida alami. Pemberantasannya yaitu jika serangan hama ini sudah tampak, segera
semprot dengan insektisida yang tepat. Insektisida yang bisa dipakai
diantaranya March 50 EC, Proclaim 5 SG, Decis 2,5 EC, dan Buldok 25 EC. Gunakan
sesuai dosis anjuran di label kemasan.
Selain ulat perusak daun ada beberapa perusak tanaman sawi :
1. hama
wereng. Hama mereng ini menyerang pada tanaman sawi pada saat tanaman ini siap
untuk dipanen. Pengendalian untuk mencegah hama wereng ini dengan menggunakan
mulsa pada tanaman
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera
exigua),daun berlubang-lubang terutama di
daun muda. Masalah ini muncul ketika sawi mulai tumbuh dan terjadi pelubangan
daun sehingga sayuran yang dihasilkan
tidak bisa masuk pasar dan harga penjualan anjlok. Pengendalian ulat
perusak daun ini dilakukan dengan pestisida alami
3. Penyakit
Busuk Lunak (Erwinia carotovora). penyakit yang menyerang tunas pucuk tanaman sawi, baik saat
belum terbentuk krop maupun setelah keluar krop sawi putih. Gejala awal
terdapat bercak basah di tunas pucuk atau krop. Selanjutnya bercak tersebut
meluas dan menjadi busuk basah hingga ke dalam batangnya batangnya.
Pengendalian penyakit akibat busuk lunak pada sawi ini dengan melakukan
sanitasi lahan
Sasaran
|
Alat dan Bahan
|
Cara pembuatan
|
Wereng
Batang Coklat, Lembing Batu, Ulat Grayak, Ulat Hama Putih Palsu
|
2
kg gadung.
1
kg tembakau.
2
ons terasi.
¼
kg jaringao (dringo).
4
liter air.
1
sendok makan minyak kelapa.
Parutan
kelapa.
Saringan
kelapa (kain tipis).
Ember
plastik.
Nampan
plastik.
|
Minyak
kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah
gadung). Gadung dikupas kulitnya dan diparut. Tembakau digodok atau dapat
juga direndam dengan 3 liter air panas Jaringao ditumbuk kemudian direndam
dengan ½ liter air panas Tembakau, jaringao, dan terasi direndam
sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudiandilakukan penyaringan satu per satu
dan dijadikan satu wadah sehingga hasil.perasan ramuan tersebut menjadi 5
liter larutan.
|
Ulat
grayak
|
1.
Biji mahoni : 300 gram
2.
Tembakau : 100 gram
3.
Daun jarak : 1 kg
4.
Air : 6 ltr
|
Biji mahoni digiling/ditumbuk halus.
Daun jarak dan tembakau direbus dengan air
sampai mendidih, angkat dan dinginkan. Campurkan mahoni yang sudah ditumbuk
halus aduk hingga rata, kemudian diamkan selama 24 jam, lalu saring.
3.
Jika larutan pestisida organik ingin disimpan, maka pencampuran dilakukan
pada saat akan digunakan.
c.
Dosis : 30 cc larutan pestisida organik ini bias digunakan untuk satu tangki
sprayer (+/- 15 liter).Semprotkan ke lahan yang terkena hama pada waktu pagi
atau sore hari. Ulangi tiap 4 hari sekali.
|
3.3
Tabel pestisida organik
4.3 Pengendalian hama penyakittanaman
Kultur Teknik: Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brasika
lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah
hujan.
Irigasi. Apabila tersedia dapat
digunakan irigasi sprinkle untuk mengurangi populasi ulat daun kubis, apabila
pengairan demikian dilaksanakan pada petang hari, dapat membatasi aktivitas
ngengat.
Penanaman. Sebaiknya tidak melakukan
penanaman berkali-kali pada areal sama, karena tanaman yang lebih tua dapat
menjadi inokulum bagi tanaman baru. Apabila terpaksa menanam beberapa kali pada
areal sama, tanaman muda ditanam pada arah angin yang berlawanan agar ngengat
susah terbang menuju ke tanaman muda, Pesemaian.
Tempat pembibitan harus jauh dari
areal tanaman yang sudah tumbuh besar. Sebaiknya pesemaian/bibit harus bebas
dari hama ini sebelum transplanting ke lapangan. Dalam beberapa kasus, serangan
ulat daun kubis di lapangan diawali dari pesemaian yang terinfestasi dengan
hama tersebut.
Tanaman perangkap. Tanaman brasika
tertentu seperti caisin lebih peka dapat ditanam sebagai border untuk dijadikan
tanaman perangkap, dengan maksud agar hama ulat daun kubis terfokus pada tanaman
perangkap.
Tumpang sari. Penanaman kubis secara
tumpang sari bersamaan dengan tanaman yang tidak disukai hama ulat daun kubis
dapat mengurangi serangannya. Misalnya tumpang sari kubis kubis dengan tanaman
tomat/bawang daun.
Monitoring: Selama menanam kubis
petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan melakukan pengamatan
mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang Ekonomi = AE) atau
lebih, maka dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan insektisida
kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di
bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.
Penggunaan Agensia Hayati : Hama
tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.),
parasitoid (Diadegma semiclausum, Cotesia plutellae), dan patogen (Bacillus
thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan
populasi dan serangannya.
Mekanis: Cara ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan hama yang bersangkutan, memasukkan ke dalam kantung
plastic, dan memusnahkannya. Namun untuk areal luas perlu pertimbangan tenaga
dan waktu.
Penggunaan Insektisida Selektif: Aplikasi
ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi,
dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai,
atau penggunaan insektisida biologi.
BAB 5. PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Masalah
yang dialami oleh petani sawi merupakan hama dan penyakit yang meyerang tanaman
yaitu Ulat perusak daun, hama wereng, ulat gerayak dan penyakit busuk lunak.
Mengtasi masalah yang dihadapi menggunakan pestisida alami, menutup permukaan
tanah dengan mulsa, dilakukan penyiangan dengan rutin, pemberian pupuk teratus,
pergiliran budidaya, sanitasi lahan dengan rutin dan pengolahan lahan dengan
benar.
1.2
Saran
1.
Pembinaan
kelompok tani dapat dilakukan dengan pertemuan anggota kelompoktani, pelatihan
maupun kegiatan lain yang berkaitan
dengan bidang pertanian. Agar semua
kegiatan penyuluhan pertanian berjalan dengan lancar perlu dilakukan pendekatan secara kontinyu kepada anggota
kelompok tani.
2.
Penyuluh
dan Aparat desa seharusnya bekerja sama dengan kelompok tani dalam penyusunan
programa sehingga masalah yang di hadapi oleh para anggota kelompok tani bisa
ditemukan solusinya serta tahu potensi yang harus di kembangkan.
3. Petani
diharapkan dapat melakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sawi
secara alami agar mengurangi kerusakan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
A.W.
Van den Ban dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan
Pertanian.Kanisinus : Yogyakarta
Malik,
Muhammad . 2013. Hama yang sering menyerang pada tanaman. Tersedia:http://simple420.blogspot.com/2013/05/hama-yang-sering-menyerang-pada-tanaman_7237.html
Waluyo,darso. 2012. Hama penting pada tanaman.
Tersedia : http://drs-oeyo.blogspot.com/2012/06/hama-penting-pada-tanaman-sawikubis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar